Sabtu, 30 Mei 2020

Salahuddin Al - Ayyubi tentang Biografi, Pengepungan Yerusalem, Kepahlawanan dan Kebijaksanaan, Kematian

Mengenal Biografi Salahudin Al - Ayyubi

Salahuddin Al - Ayyubi

Siapa tak kenal Shalahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadi atau yang lebih dikenal dengan Shalahuddin al-Ayyubi atau Saladin. Dia merupakan ksatria dan panglima Muslim yang tak mengenal takut dan paling ditakuti musuh dalam Perang Salib.

Shalahuddin al-Ayyubi adalah laki-laki dari kalangan ‘ajam (non-Arab), tidak seperti yang disangkakan oleh sebagian orang bahwa Shalahuddin adalah orang Arab, ia berasal dari suku Kurdi.

Lahir pada tahun 1138 M di Kota Tikrit, Irak, kota yang terletak antara Baghdad dan Mosul. Shalahuddin melengkapi orang-orang besar dalam sejarah Islam yang bukan berasal dari bangsa Arab, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan lain-lain.

Karena suatu alasan, kelahiran Shalahuddin memaksa ayahnya untuk meninggalkan Tikrit sehingga sang ayah merasa kelahiran anaknya ini menyusahkan dan merugikannya. Namun kala itu ada orang yang menasihatinya, “Engkau tidak pernah tahu, bisa jadi anakmu ini akan menjadi seorang raja yang reputasinya sangat cemerlang.”

Dari Tikrit, keluarga Kurdi ini berpindah menuju Mosul. Sang ayah, Najmuddin Ayyub tinggal bersama seorang pemimpin besar lainnya yakni Imaduddin az-Zanki. Imaduddin az-Zanki memuliakan keluarga ini, dan Shalahuddin pun tumbuh di lingkungan yang penuh keberkahan dan kerabat yang terhormat. Di lingkungan barunya dia belajar menunggang kuda, menggunakan senjata, dan tumbuh dalam lingkungan yang sangat mencintai jihad. Di tempat ini juga Shalahuddin kecil mulai mempelajari Alquran, menghafal hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mempelajari bahasa dan sastra Arab, dan ilmu-ilmu lainnya.

Sebelum kedatangan Shalahuddin al-Ayyubi, Mesir merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Syiah, Daulah Fathimiyah. Kemudian pada masa berikutnya Dinasti Fathimiyah yang berjalan stabil mulai digoncang pergolakan di dalam negerinya. Orang-orang Turki, Sudan, dan Maroko menginginkan adanya revolusi.

Saat itu Nuruddin Mahmud, paman Shalahuddin, melihat sebuah peluang untuk menaklukkan kerajaan Syiah ini, ia berpandangan penaklukkan Daulah Fathimiyyah adalah jalan lapang untuk membebaskan Jerusalem dari kekuasaan Pasukan Salib.

Nuruddin benar-benar merealisasikan cita-citanya, ia mengirim pasukan dari Damaskus yang dipimpin oleh Asaduddin Syirkuh untuk membantu keponakannya, Shalahuddin al-Ayyubi, di Mesir.

Mengetahui kedatangan pasukan besar ini, sebagian Pasukan Salib yang berada di Mesir pun lari kocar-kacir sehingga yang dihadapi oleh Asaduddin dan Shalahuddin hanyalah orang-orang Fathimiyah saja.

Daulah Fathimiyah berhasil dihancurkan dan Shalahuddin diangkat menjadi mentrei di wilayah Mesir. Namun tidak lama menjabat sebagai menteri di Mesir, dua bulan kemudian Shalahuddin diangkat sebagai wakil dari Khalifah Dinasti Ayyubiyah.

 

Baca Juga => Makalah Covid - 19


Sejarah Pengepungan Yerusalem Oleh Salahudin Al -Ayyubi

Salahuddin Al - Ayyubi

Sejarah mencatat nama Yusuf bin Najmuddin al-Ayyubi atau Sultan Salahuddin Ayyubi (Saladin) sebagai sosok yang menyatukan dunia Muslim selama Abad ke-12 dan berhasil merebut kembali Yerusalem pada 1187 lewat Pertempuran Hattin.

Pada hari ini, 20 September hingga 2 Oktober 1187, Salahuddin bersama pasukannya mengepung Yerusalem yang dikuasai Pasukan Salib. Pada pertempuran ini, Yerusalem berhasil direbut pasukan Muslim.

Tanda-tanda keruntuhan Kerajaan Yerusalem sudah terlihat seiring melemahnya kerajaan karena masalah internal. Bahkan sebelum pengepungan Salahuddin, kerajaan ini hampir kalah dalam Pertempuran Hattin pada 4 Juli 1187. Banyak tokoh-tokoh kerajaan tersebut tertangkap, termasuk Raja Guy.

Sebaliknya, kekuatan Dinasti Ayyubi kala itu sedang jaya-jayanya. Sebelum pengepungan Yerusalem, mereka berhasil menduduki kota-kota penting, seperti kota Acre/Akko (10 Juli), Tyrus (14 Juli), Toron (26 Juli), Sidon (29 Juli), Gibelet (4 Agustus), Beirut (6 Agustus), dan Ashkelon (5 September).

Penyerangan Salahuddin ke Yerusalem di mulai dari tepi barat. Mula-mula ia memasang kemah di sebelah barat Menara Daud lalu pindah ke timur laut dan mulai menyerbu tembok-tembok kota.

Menurut Simon Sebag Montefiore dalam Jerusalem:The Biography, saat kota itu diserang, Yerusalem hanya dijaga oleh dua orang kesatria dan dua elite kerajaan, yaitu Ratu Sibylla dan janda Raja Amaury, Ratu Maria--yang menikah dengan pembesar Balian dari Ibelin. Saat pengepungan, salah satu kesatria Heraclius, kesulitan mengumpulkan pasukan untuk menjaga tembok perbatasan. Beruntung, Balian dari Ibelin datang. Setelahnya, Balian yang memimpin pertahanan tembok Yerusalem.

Saat Salahuddin mulai menyerang, kamu perempuan Yerusalem berdoa di Kuburan Suci, mencukur kepala mereka dalam penebusan dosa, dan para pendeta dan biara melakukan pawai telanjang kaki di bawah tembok-tembok.

Akhirnya pada 29 September, para teknisi perang Salahuddin berhasil meruntuhkan tembok.

Pada detik-detik kehancuran tembok, orang-orang dari kaum Frank siap mati untuk mengadang pasukan Salahuddin, namun salah seorang pemimpin mereka, Heraclius mencegahnya. Ia mengatakan kalau mereka mati nanti siapa yang akan melindungi kaum-kaum perempuan. Aksi pengadangan ini pun urun dilakukan.

Akhirnya orang-orang Kristen Syria, membukakan gerbang bagi Salahuddin. Keesokan harinya, pasukan Muslim menyerang kota. Lalu Balian mengunjungi Salahuddin untuk bernegosiasi.

Setelah negosiasi, Salahuddin menyetujui kesepakatan yang diajukan Balian. Di antaranya, Salahuddin membebaskan Ratu Sibylla dan janda Raja Reynald, namun warga Yerusalem lainnya yang ingin dikeluarkan dari sana harus ditebus.

Tercapainya kesepakatan itu sekaligus menandakan berakhirnya misi pengepungan Salahuddin pada 2 Oktober 1187. Salahuddin berhasil merebut Yerusalem setelah 88 tahun lamanya dikuasai Pasukan Salib. Sementara tanggal itu punya arti khusus bagi Muslim karena bertepatan dengan tanggal 27 Rajab yakni peringatan Isra dan Mikraj.

 

Baca Juga => Istilah Wabah, Endemi, Pandemi, dan Covid - 19 termasud yang mana ?


Simbol Kepahlawanan dan Kebijaksaan Salahudin Al – Ayyubi dalam Islam

Salahuddin Al - Ayyubi

Jangan tumpahkan darah, sebab darah yang tepercik tak akan tertidur.” 

Itulah kalimat terakhir yang disampaikan Salahuddin al-Ayyubi kepada putranya, az-Zahir, sesaat menjelang kematiannya. Wasit tersebut sejalan dengan pendirian dan tindakan Salahuddin al-Ayyubi selama hidup. Ketika pasukan salib dikalahkan, yang dilakukan Salahuddin al-Ayyubi bukanlah menjadikan orang-orang Nasrani sebagai budak.

Ia malah membebaskan sebagian besar orang-orang Nasrani yang ditawan tanpa dendam. Padahal pada tahun 1099, ketika pasukan salib dari Eropa merebut Yerusalem, 70 ribu orang muslim di kota itu dibantai dan sisa-sisa orang Yahudi digiring ke sinagog untuk dibakar.

Diantara sekian banyak tokoh muslim terkemuka, Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193) yang di Barat dikenal dengan nama Saladin, memiliki tempat yang sangat terhormat di kalangan umat Islam, terutama karena Salahuddin adalah pejuang muslim yang berhasil merebut kembali kota suci Yerusalem pada 1187 setelah dikuasai tantara salib selama hampir 90 tahun. Kiprah Salahuddin dalam perang salib tersebut menancapkan pengaruh yang dalam seiring dengan residu Perang Salib itu sendiri yang hingga kini terus membayangi pola relasi antara Islam dan Barat pada umumnya.

“Selain dikagumi kalangan muslim, Salahuddin al-Ayyubi juga memiliki reputasi besar di kalangan Kristen Eropa. Ia dikenal dengan sifat-sifatnya yang mulia, sederhana, cinta ilmu, shaleh, taat beribadah, akrab, dan toleran terhadap orang lain, termasuk kepada kaum nonmuslim.”

Sejarawan Philip K. Hitti, penulis buku The History of The Arabs membagi perang salib menjadi tiga periode. Periode pertama disebut periode penaklukkan daerah-daerah kekuasaan Islam. Pasukan salib yang dipimpin oleh Godfrey of Bouillon mengorganisasi strategi perang dengan rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Yerusalem pada 7 Juni 1099. Pasukan salib melakukan pembantaian besar-besaran selama lebih kurang satu minggu terhadap umat Islam tanpa membedakan laki-laki dan perempuan, anak-anak dan dewasa, tua dan muda. Kemenangan pasukan salib dalam periode ini telah mengubah peta dunia Islam dan situasi di Kawasan itu.


Baca Juga => Apa itu http dan https ?, Jenis, Fungsi, dan cara Kerjanya !

 

Kematian Salahudin Al – Ayyubi


Salahuddin Al - Ayyubi

Salahuddin wafat pada 4 Maret 1193 di Damaskus, dengan mewariskan seluruh hartanya, berupa sepotong emas dan empat puluh keping perak, untuk pada orang-orang miskin.

Penyebab kematian Salahuddin kala itu jadi misteri. Ia hanya dilaporkan mengalami demam.

Belakangan, misteri itu terkuak. Dengan mengandalkan petunjuk catatan gejala-gejala medis yang dialami Salahuddin, yang ditulis lebih dari 800 tahun yang lalu, seorang dokter akhirnya menentukan penyakit apa yang menimpa sultan yang perkasa itu.

"Penyebabnya adalah tifus," kata Dr. Stephen Gluckman, pengajar di Perelman School of Medicine, University of Pennsylvania, Amerika Serikat, seperti dikutip dari situs sains Livescience, Selasa (8/5/2018),

Ia mengumumkan hasil temuannya di Historical Clinicopathological Conference di University of Maryland School of Medicine.

Dalam konferensi yang digelar tahunan tersebut, para ahli mendiagnosis seorang tokoh sejarah, termasuk, Vadimir Lenin, Charles Darwin, Eleanor Roosevelt, dan Abraham Lincoln.

Gluckman memperingatkan, diagnosis pasti mengenai kematian Salahuddin mungkin tak pernah akan didapatkan. Apalagi, sang tokoh Muslim itu hidup pada zaman ketika alat diagnostik modern belum ditemukan.

Namun, tifus, penyakit yang muncul akibat seseorang mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan bakteri Salmonella typhi, diduga adalah jawabannya.

Sebelumnya, Gluckman punya daftar 'kandidat' penyakit yang mungkin menyudahi hidup Salahuddin Ayyubi.

Wabah atau cacar, misalnya, tak mungkin jadi penyebab wafatnya Salahuddin. Sebab, penyakit itu membunuh manusia dengan cepat.

Demikian juga dengan tuberkulosis (TB). Sebab, catatan tabib kala itu tak menyebut soal gangguan pada pernapasan.

Gluckman juga tidak menemukan bukti bahwa Salahuddin bergetar karena kedinginan, gejala umum penyakit malaria.

Gejala-gejala yang dialami Salahuddin Ayyubi sejauh ini cocok dengan gejala tifoid. "Penyakit yang umum di wilayah itu pada waktu itu," kata Gluckman.

Gejala-gejala tifus termasuk demam tinggi, badan lemah, sakit perut, sakit kepala dan kehilangan nafsu makan.

Penyakit yang diduga menyerang Salahuddin Ayyubi masih ada hingga saat ini. Setiap tahun, sekitar 5.700 orang di Amerika Serikat (75 persen di antaranya mendapatkan penyakit di luar negeri) dan 21,5 juta orang di seluruh dunia menderita tifus.

Saat ini, para pasien tifus diberi antibiotik agar pulih -- obat yang sama sekali tidak tersedia selama Abad ke-12.

Namun, masih ada kekhawatiran karena resistensi antibiotik di antara bakteri tifoid semakin meningkat, Gluckman.


Itulah tadi sebuah artikel mengenai "Salahuddin Al - Ayyubi tentang Biografi, Pengepungan Yerusalem, Kepahlawanan dan Kebijaksanaan, Kematian", semoga bisa bermanfaat dan mohon maaf jika ada kesalahan kata.

TERIMAH KASIH TELAH MEMBACA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa untuk memberikan komentar anda tentang Blog ini, agar Blog ini bisa dibuat lebih baik lagi, Terimah Kasih