Minggu, 31 Mei 2020

Muhammad Al - Fatih : Biografi, Karakter, Penaklukan, Peradaban, dan Wafatnya

Biografi Muhammad Al - Fatih

Muhammad Al - Fatih

Sultan Muhammad Al Fatih atau yang lebih dikenal dengan nama Mehmed II adalah seorang sultan yang terkenal dari Kesultanan Turki Utsmani atau yang lebih dikenal dengan Turki Ottoman. Ia dan kesuksesannya bahkan sudah diberitakan sejak zaman Nabi Muhammad SAW.

Ia merupakan putra Sultan Murad II dari seorang selir, Hüma Hatun. Nama Mehmed diberikan sang ayah sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Ia dilahirkan di Edirne, ibukota Turki Ottoman saat itu pada 30 Maret 1432 M.

Sesuai tradisi Utsmani, Mehmed II yang seorang şehzade ( Pangeran yang menjadi Putra Mahkota ) diperintahkan untuk memerintah Amasya pada usia 11 tahun. Pada tahun 1444, ia dinobatkan sebagai Sultan Turki Ottoman pada usia 12 tahun.

Dua tahun kemudian, ketika gabungan pasukan The Crussader/Tentara Salib yang dipimpin oleh János Hunyadi dari Hungaria menyerang Turki Ottoman, sang Ayah Murad II kembali naik takhta atas saran dari seorang penasihat Çandarlı Halil Pasya.

Al Fatih resmi menjadi Sultan ke-7 Turki Ottoman pada usia 19 tahun, ia naik tahta untuk kedua kalinya pada tahun 1451 menggantikan sang ayah yang wafat . Setelah menjadi sultan, salah satu keinginan terbesarnya adalah menaklukkan Konstantinopel.


Baca Juga =>  Salahuddin Al - Ayyubi tentang Biografi, Pengepungan Yerusalem, Kepahlawanan dan Kebijaksanaan, Kematian


Karakter Muhammad Al - Fatih

Muhammad Al - Fatih

Mendapat julukan Al Fatih (sang penakluk) karena telah berhasil menaklukkan Konstantinopel dan dilakukan pada saat usianya masih 21 Tahun.

Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al Fatih telah mencermati usaha ayahnya untuk menaklukkan Konstantinopel.

Bahkan Sultan Muhammad Al Fatih telah mengkaji usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam untuk menaklukkan Konstantinopel, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam.

Tak hanya itu, Sultan Muhammad Al Fatih mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa.

Muhammad Al-Fatih masa kecilnya mendapatkan pendidikan yang cukup baik dari orang tuanya. Misalnya sang Ayah Sultan Murad II begitu memperhatikan pendidikan anaknya, agar ia dapat menjadi seorang pemimpin baik dan tangguh dimasa mendatang.

Sultan Murad II pun menunjuk Syekh Ahmad ibn Ismail Al Kurani sebagai gurunya dan ia adalah seorang ulama yang faham sekali dengan Al Qur’an. Tidak heran sejak kecil Muhammad al-Fatih sudah menghafalkan Al-Quran 30 Juz, mempelajari hadits-hadits, mempelajari ilmu fiqih, matematika, ilmu falaq dan strategi perang. Sebab ia sedini mungkin telah diajarkan untuk menjadi jiwa pemimpin dimasa mendatang. Dibimbing oleh Ulama hebat yang insyaAllah benar.


 Baca Juga => Istilah Wabah, Endemi, Pandemi, dan Covid - 19 Termasuk yang mana ?

 

Penaklukan Kota Konstantinopel Benteng Bizantium

Benteng Konstantinopel

Sebelum ditaklukkan oleh Muhammad el-Fatih, daerah penting dari Kerajaan Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11 abad ini pada dasarnya telah diserang oleh beberapa prajurit umat Islam terlebih dahulu.

Sebab, beberapa bangsa yang mencoba untuk membuktikan sabda Rasulullah tersebut ternyata tidak cukup kuat untuk menembus benteng pertahanan Konstantinopel yang dibuat dengan sangat rumit.Penaklukan kota Konstantinopel di masa Kekhalifahan Turki Utsmani merupakan salah satu peristiwa bersejarah dalam perkembangan Islam. Penaklukan Konstantinopel ini dilakukan di masa sultan ke-7 dari Kerajaan Turki Utsmani, yakni Muhammad Al-Fatih atau dikenal dengan Mehmet II.

Turki Utsmani tercatat mengalami kejayaannya di bawah pimpinan Sultan Mehmet II yang dikenal dengan sebutan al-Fatih (sang penakluk). Sebab di masanya, pemerintahan Islam berhasil menguasai Konstantinopel, kota yang paling tak tertembus di dunia kala itu.

Al Fatih juga menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel dari darat.

Pada saat mengepung benteng Bizantium yaitu kota konstantinopel banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan benteng tersebut.

Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu, benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.

Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak mula.

Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Bizantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas.

Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut.

Akhirnya Sultan Muhammad Al Fatih menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut.

Ide ini mirip dengan yang dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang Bizantium di abad ke-10, para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat Bosporus, mengelilingi Galata, dan meluncurkannya kembali di Tanduk Emas, akan tetapi pasukan mereka tetap dikalahkan oleh orang-orang Bizantium Romawi.

Sultan Muhammad melakukannya dengan cara yang lebih cerdik lagi, ia menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu.

Hal itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.

Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat.

70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.

Peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian.

Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin.

Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur.

Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil memasuki Kota Konstantinopel.

Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.

Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad Al Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah.

Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi masjid.

Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang berarti negeri Islam, lau akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul.


Baca Juga => Makalah Covid - 19 


Peradaban Yang dibagun Muhammad Al - Fatih

Masjid

Selain terkenal sebagai jenderal perang dan berhasil memperluas kekuasaan Utsmani melebihi sultan-sultan lainnya, Sultan Muhammad Al Fatih juga dikenal sebagai seorang penyair. Ia memiliki diwan, kumpulan syair yang ia buat sendiri.

Adapun Sultan Muhammad Al Fatih juga membangun lebih dari 300 masjid, 57 sekolah, dan 59 tempat pemandian di berbagai wilayah Utsmani.

Peninggalannya yang paling terkenal adalah Masjid Sultan Muhammad II dan Jami’ Abu Ayyub al-Anshari.

 

Wafatnya Muhammad Al - Fatih

Muhammad Al - Fatih

Pada bulan Rabiul Awal tahun 886 H/1481 M, Sultan Muhammad Al Fatih pergi dari Istanbul untuk berjihad, padahal ia sedang dalam kondisi tidak sehat.

Di tengah perjalanan sakit yang ia derita kian parah dan semakin berat ia rasakan.

Dokter pun didatangkan untuk mengobatinya, namun dokter dan obat tidak lagi bermanfaat bagi sang Sultan, ia pun wafat di tengah pasukannya pada hari Kamis, tanggal 4 Rabiul Awal 886 H/3 Mei 1481 M.

Saat itu Sultan Muhammad Al Fatih berusia 52 tahun dan memerintah selama 31 tahun.

Ada yang mengatakan wafatnya Sultan Muhammad Al Fatih karena diracuni oleh dokter pribadinya Ya’qub Basya, Wallahu a’lam.

Tidak ada keterangan yang bisa dijadikan sandaran kemana Sultan Muhammad II hendak membawa pasukannya. Ada yang mengatakan beliau hendak menuju Itali untuk menaklukkan Roma ada juga yang mengatakan menuju Prancis atau Spanyol.

Sebelum wafat, Sultan Muhammad Al Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus tahtanya, Sultan Bayazid II agar senantiasa dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar menjaga agama baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan



Itulah tadi tentang artikel "Muhammad Al - Fatih : Biografi, Karakter, Penaklukan, Peradaban, dan Wafatnya", semoga bisa bermanfaat dan mohon maaf jika ada keslahan penulisan.

TERIMAH KASIH TELAH MEMBACA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa untuk memberikan komentar anda tentang Blog ini, agar Blog ini bisa dibuat lebih baik lagi, Terimah Kasih