Thariq bin Ziyad dikenal dalam sejarah Spanyol sebagai legenda dengan sebutan Taric el Tuerto (Taric yang memiliki satu mata), adalah seorang jendral dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim atas wilayah Al-Andalus (Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sekitarnya) pada tahun 711 M
Baca Juga => Amr bin Ash: Biografi, Agama Islam, Kota Mesir, dan Wafatnya
Biografi Thariq bin Ziyad
Nama lengkap penakluk Spanyol ini adalah Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau.
Ia adalah putra suku Ash-Shadaf yakni penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara. Thariq lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Asal-usul Thariq tidak diketahui secara pasti.
Menurut sejarawan Syauqi Abu Khalil dan dikutip oleh Alwi Alatas, ada yang menyebutnya sebagai keturunan dari Bani Hamdan dari Persia, atau dari suku Lahm.
Ada juga yang menyebutkan Thariq berasal dari bangsa Vandals. Namun, banyak sejarawan yang menganggap dia keturunan dari bangsa Berber.
Menurut Alwi Alatas, Thariq berasal dari keluarga muslim dan sejak kecil telah dididik secara Islam oleh ayahnya pada masa kekuasaan Uqbah bin Nafi di Ifriqiya.
Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri. Setelah Rasulullah saw. wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang luas. Tiga benua lama yaitu Asia, Afrika, dan Eropa pernah merasakan rahmat dan keadilan dalam naungan pemerintahan Islam.
Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah.
Keadaan Spayol Sebelum Kedatangan
Thariq bin Ziyad
Sebelumnya, sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan lalim. Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima kelas sosial.
Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta.
Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat memeras rakyat.
Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya.
Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati kemakmuran.
Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda yang dinodai Roderick ikut mengungsi.
Melihat kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa.
Legenda Penaklukan Thariq bin
Ziyad
Setidaknya ada dua legenda tentang kedatangan Thariq bin ZIyad ke Al-Andalus. Legenda itu sebagai berikut:
1. Legenda Wanita Tua.
Saat Thariq baru membebaskan Kota Algeciras, ada seorang wanita tua yang meminta untuk bertemu Thariq. Setelah diizinkan oleh Thariq, wanita tua ini menuturknan kisahnya bahwa ia dulu memiliki seorang suami.
Suaminya selalu mengatakan bahwa suatu hari nanti, negeri ini akan ditaklukkan oleh seorang jenderal asing. Jenderal ini memiliki kening yang menonjol dan tahi lalat hitam yang ditumbuhi rambut pada pundak kirinya.
Mendengar itu, Thariq segera membuka pundak bagian kirinya yang ternyata memang memiliki tanda yang sama seperti yang dituturkan wanita tersebut. Pasukan Thariq pun kagum.
2. Legenda Istana 27 Gembok
Kerajaan Visigoth memiliki satu istana yang sangat indah di Toledo dan memiliki 27 gembok. Raja-raja sebelumnya selalu berpesan bahwa apapun yang terjadi, istana itu tidak boleh dimasuki satu orang pun.
Setiap raja yang baru bahkan menambahkan satu gembok sehingga ada 27 gembok. Saat Roderick naik tahta, ia sangat penasaran dengan isi istana itu. Pada suatu hari, ia membongkar semua gembok yang ada dan memasuki istana itu.
Ternyata, di dalam istana itu terdapat sebuah ruangan lagi yang dikunci. Setelah membongkar kunci ruangan itu, Roderick kembali memasuki ruangan yang lebih dalam lagi.
Ternyata di dalam ruangan itu ada sebuah perkamen yang berisi lukisan orang-orang yang sedang menunggang kuda. Mereka memakai baju yang kasar, penuh debu, memakai sorban di kepalanya, dan pedang mereka melengkung. Di sana juga terdapat sebuah tulisan,
“…Kapan
pun ruang perlindungan ini dilanggar dan mantra yang terdapat pada guci ini
dilanggar, orang-orang yang terlukis pada guci ini akan menyerbu Andalusia,
menggulingkan singgasana rajanya, serta menduduki seluruh negeri”
Roderick ketakutan setelah membaca itu dan meyakini bahwa bencana akan menimpa dirinya.
Ekspedisi Penaklukan Spayol (Andalusia)
Ramadhan 91 Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika Utara menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah pemberian Gubernur Julian.
Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini mendarat di sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran serangan pertama.
Di petang harinya, pasukan ini berhasil menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zar’ah kalah banyak. Setelah penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang.
Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang kedua.
Baca Juga => Muhammad Al - Fatih: Biografi, Karakter, Penaklukan, Peradaban, dan Wafatnya
Pendaratan Pasukan Islam di Spayol
(Andalusia)
Dalam biografi thariq bin ziyad diketahui bahwa pada hari senin, 3 Mei 711 M, Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar. Dalam bahasa Arab disebut “Jabal Thariq”, Bukit Thariq.
Thariq bin Ziyad lalu berdiri di depan pasukannya. Ia memerintahkan pasukannya membakar semua armada kapal yang mereka miliki.
Pasukannya kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain.Dengan pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata..
…Kita
datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan yaitu
Menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa..!!
Kini pasukannya paham. Mereka menyambut panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar.
Lalu
Thariq melanjutkan briefingnya dan kemudian berpidato …
“…Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini ke mana lagi kalian akan
lari? Di belakang kalian ada laut dan di depan kalian ada musuh. Demi Allah
swt., satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan kesabaran.
Hanya itu yang dapat kalian andalkan.
Musuh
dengan jumlah pasukan yang besar dan persenjataan yang lengkap telah siap
menyongsong kalian. Sementara senjata kalian hanyalah pedang. Kalian akan
terbantu jika kalian berhasil merebut senjata dan perlengkapan musuh kalian.
Karena itu, secepatnya kalian harus
bisa melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan menemukan kesulitan
besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang mereka agar kekuatan
mereka lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita akan bangkit.
Musuh
kalian itu sudah bertekad bulat akan mempertahankan negeri mereka sampai titik
darah penghabisan. Kenapa kita juga tidak bertekad bulan untuk menyerang mereka
hingga mati syahid? Saya sama sekali tidka bermaksud menakut-nakuti kalian.
Tetapi marilah kita galang rasa saling percaya di antara kita dan kita galang
keberanian yang merupakan salah satu modal utama perjuangan kita.
Kita
harus bahu membahu. Sesungguhnya saya tahu kalian telah membulatkan tekad serta
semangat sebagai pejuang-pejuang agama dan bangsa.
Untuk
itu kelak kalian akan menikmati kesenangan hidup, disamping itu kalian juga
memperoleh balasan pahala yang agung dari Allah swt. Hal itu karena kalian
telah mau menegakkan kalimat-Nya dan membela agama-Nya.
Percayalah,
sesungguhnya Allah swt. adalah penolong utama kalian. Dan sayalah orang pertama
yang akan memenuhi seruan ini di hadapan kalian. Saya akan hadapi sendiri Raja
Roderick yang sombong itu.
Mudah-mudahan
saya bisa membunuhnya. Namun, jika ada kesempatan, kalian boleh saja
membunuhnya mendahului saya. Sebab dengan membunuh penguasa lalim itu, negeri
ini dengan mudah kita kuasai. Saya yakin, para pasukannya akan ketakutan.
Dengan demikian, negeri ini akan ada di bawah bendera Islam.”
Kematian Raja Roderick di
Pertempura Guadalete (Syudzunah)
Mendengar pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan 100.000 tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung pasukannya itu. Musa bin Nusair mengirim bantuan kepada Thariq hanya dengan 5.000 orang.
Sehingga total pasukan Thariq hanya 12.000 orang. Pada hari Ahad, 28 Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur di sekitar Sungai Guadalate. Pertempuran itu dikenal dengan nama Pertempuran Syudzunah atau Pertempuran Guadalete.
Julian dan beberapa orang anak buahnya menyusup ke kubu Roderick. Ia menyebarkan kabar bahwa pasukan muslimin datang bukan untuk menjajah, tetapi hanya untuk menghentikan kezaliman Roderick. Jika Roderick terbunuh, peperangan akan dihentikan.
Usaha Julian berhasil. Sebagian pasukan Roderick menarik diri dan meninggalkan medan pertempuran. Akibatnya barisan tentara Roderick kacau.
Thariq memanfatkan situasi itu dan berhasil membunuh Roderick dengan tangannya sendiri. Mayat Roderick tengelam lalu hanyat dibawa arus Sungai Barbate.
Terbunuhnya Roderick mematahkan semangat pasukan Spanyol. Markas pertahanan mereka dengan mudah dikuasai. Keberhasilan ini disambut gembira Musa bin Nusair. Baginya ini adalah awal yang baik bagi penaklukan seluruh Spanyol dan negara-negara Eropa.
Setahun kemudian, Rabu, 16 Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair bertolak membawa 10.000 pasukan menyusul Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan Merida, Sionia, dan Sevilla.
Sementara pasukan Thariq memabagi pasukannya untuk menaklukkan Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian pasukannya menaklukkan Toledo, ibukota Spantol saat itu. Semua ditaklukkan tanpa perlawanan.
Pasukan Musa dan pasukan Thariq bertemu di Toledo. Keduanya bergabung untuk menaklukkan Ecija. Setelah itu mereka bergerak menuju wilayah Pyrenies, Perancis.
Hanya dalam waktu 2 tahun, seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun kemudian Portugis mereka taklukkan dan mereka ganti namanya dengan Al-Gharb (Barat).
Sungguh itu keberhasilan yang luar biasa. Musa bin Nusair dan Thariq bin Ziyad berencana membawa pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan seluruh Eropa. Sebab, waktu itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang bisa menghadap mereka.
Namun, niat itu tidak tereaslisasi karena Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua pulang ke Damaskus. Thariq pulang terlebih dahulu sementara Musa bin Nusair menyusun pemerintahan baru di Spanyol.
Wafatnya Thariq bin Ziyad
Setelah bertemu Khalifah, Thariq bin Ziyad ditakdirkan Allah swt. tidak kembali ke Eropa. Ia sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya di Damaskus, Suriah pada tahun 720 M. Tidak diketahui banyak bagaimana akhir-akhir dari kehidupan Thariq bin Ziyad.
Namun Thariq bin Ziyad telah menorehkan namanya di lembar sejarah sebagai putra asli Afrika Utara muslim yang menaklukkan daratan Eropa.
Itulah tadi Biografi Thariq bin Ziyad dalampenaklukan Spayol Oleh Pasukan Islam, Semoga bisa Bermanfaat dan mohon maaf jika ada kesalahan kata.
TERIMAH KASIH TELAH MEMBACA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa untuk memberikan komentar anda tentang Blog ini, agar Blog ini bisa dibuat lebih baik lagi, Terimah Kasih