Sabtu, 13 Juni 2020

Hamzah bin Abdul Muthalib : Biografi, Awal Kisah Keislaman, Singah Allah, dan Wafatnya Pemimpin Para Syuhada

            

Hamzah bin Abdul Muthalib

            Hamzah bin Abdul Muthalib tentu bukan nama yang asli. Hamzah adalah sahabat Nabi yang menjadi pelindung bagi Nabi. Hamzah sendiri dikenal dengan singa karena kekuatannya. Hamzah bin Abdul Muthalib merupakan Salah Satu Sahabat Nabi . Seperti apakah kisah Hamzah bin Abdul Muthalib?

 

Baca Juga => Thariq bin Ziyad: Biografi, Tekad Pasukan Islam, Kematian Raja Roderick, Penaklukan Spayol, dan Wafatnya


BIografi Hamzah bin Abdul Muthalib

Hamzah bin Abdul Muthalib

            Hamzah adalah putra dari pasangan Abdul Muthalib bin Hasyim dan Halah binti Uhaib. Meski terbilang masih muda dibandingkan kakak-kakaknya seperti Abu Thalib dan Abu Lahab, Hamzah telah memiliki pengaruh yang cukup kuat karena sosoknya yang disegani dan secara nasab lebih tinggi karena menjadi putra dari Abdul Muthalib.

            Hamzah memiliki julukan (kunyah) Abu Ya’la yang diambil dari anak pertamanya Ya’la, hasil dari pernikahan dengan Bintul Millah. Dari istri pertamanya ini Hamzah memiliki tiga anak, Ya’la, dan Amir. Selain menikah dengan Bintul MIllah, Hamzah juga menikah dengan Khaulah binti Qais dikaruniai anak laki-laki bernama Imarah. Selain anak laki-laki, Ibnu Sa’ad mencatat bahwa Hamzah juga memiliki anak perempuan bernama Amamah hasil dari pernikahannya bersama Salma binti ‘Umais, saudara kandung dari Asma binti ‘Umais istri Ja’far bin Abi Thalib.

            Hamzah bin Abdul Muthalib merupakan sahabat, paman serta saudara sepersusuan Nabi Muhammad. Usia Hamzah lebih tua dua tahun dari Rasulullah. Ia memiliki perawakan yang gagah serta wajah yang rupawan.

            Sejak kecil Rasulullah diasuh oleh kakeknya yakni Abdul Munthalib. Setelah sang kakek meninggal, hak asuh diberikan kepada pamannya Abu Thalib yang juga kakak dari Hamzah.

            Sejak kecil Hamzah menyukai permainan memanah, menombak dan bermain pedang-pedangan. Karena kegemarannya inilah yang membuat hamzah menyukai kegiatan berburu binatang ketika Ia sudah mulai beranjak dewasa.

 

Baca Juga => Abu Ubaidah bin Jaffar : Biografi, Anak dan Ayah, Julukan Amin, dan Wafatnya


Sebelum Masuk Islam

Hamzah bin Abdul Muthalib

            Selain sebagai pemuka Bani Hasyim dan Bani Quraish yang berarti memiliki darah biru di Mekah, Hamzah juga sosok yang pandai berkuda, memanah, dan memainkan pedang. Hamzah merupakan sosok yang gagah berani dan hobi berburu. Karena hobinya ini, Hamzah seringkali keluar dari kota Mekah selama berhari-hari. Menurut catatan Ibnu Habib dalam kitab al-Muhabbar, Hamzah memiliki kebiasaan untuk melakukan thawaf di sekeliling Kakbah setibanya ia pulang berburu dari luar kota.

            Al-Waqidi dan Ibnu Habib, Hamzah merupakan pemuka Quraish yang mempunyai kedudukan karena nasab dan kemampuannya sehingga orang-orang banyak yang berbaiat untuk mengikat janji dengannya.

            Sama seperti Abu Thalib, di masa tiga tahun pertama Nabi Muhammad menyampaikan risalah secara sembunyi-sembunyi, Hamzah turut menjadi garda terdepan untuk membela dakwah Nabi Muhammad meskipun pada saat itu belum menyatakan diri masuk Islam.

 

Kisah Awal Masuk Islam

Hamzah bin Abdul Muthalib

            Dalam Sirah Nabawiyyah Ibnu Hisyam bercerita tentang kisah masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib. Suatu hari Nabi Muhammad Saw berpapasan dengan Abu Jahal di dekat bukit Shafa. Tanpa pikir panjang Abu Jahal memaki-maki dan bersumpah serapah serta mengeluarkan ucapan-ucapan buruk kepada Nabi Muhammad. Nabi tidak menghiraukan hinaan Abu Jahal dan berlalu begitu saja. Tetapi ternyata kejadian itu dilihat oleh salah satu pembantu Hamzah.

            Ketika peristiwa itu terjadi Hamzah sedang berburu di luar Mekah. Setibanya di Mekah, ia melakukan kebiasaannya pergi ke Masjidil Haram untuk thawaf. Setelah Thawaf selesai, Hamzah bercengkrama dengan orang-orang yang berada di sana. Ketika sedang berbincang, pembantu Hamzah datang menghampiri dan berkata, “Tuan, ketika anda sedang tidak ada, Abu Jahal telah menghina keponakan anda Muhammad.

Mendengar berita itu, Hamzah pun berdiri dan bergegas menemui Abu Jahal yang sedang berada di tengah-tengah keramaian. Hamzah menghunuskan anak panahnya ke arah kepala Abu Jahal hingga kepalanya terluka dan mengeluarkan darah.

            Hamzah berkata dengan lantang, “Kau telah menghina dan berlaku buruk kepada Muhammad, kau tidak tahu bahwa aku telah memeluk agama yang dibawanya? Aku telah mengucapkan kalimat yang dia ucapkan.”

            Melihat kejadian itu, Bani Mahzum berdiri untuk membantu Abu Jahal. Karena takut akan kedudukan dan kekuatan Hamzah, Abu Jahal melarang mereka untuk beraksi sambil berkata, “Biarkan Hamzah, aku telah menghina keponakannya.”

            Setelah mengetahui bahwa Nabi Muhammad telah memiliki pelindung yang kuat berada di barisan kaum muslimin, gangguan dan penindasan dari orang-orang musyrik Mekah berkurang drastis. A-Thabari menulis bahwa Hamzah masuk Islam ketika Nabi diperintahkan untuk memulai dakwah secara terang-terangan, yaitu ketika Nabi Muhamamd mengumpulkan keluarga dekatnya dan mengajak mereka masuk Islam, disitulah Hamzah menyatakan diri masuk Islam.


Baca Juga => Amr bin Ash : Biografi, Agama Islam, Kota Mesir, dan Wafatnya

 

Singa Allah swt dalam Medan Perang

Hamzah bin Abdul Muthalib

            Kafir Quraisy mulai terusik dengan tersebarnya Islam ke berbagai penjuru, mereka mulai mengumpulkan pasukan untuk menyerang Madinah. Mereka menyiapkan setidaknya 1000 pasukan untuk berperang di kota Badar.

            Perang Badar terjadi tepat pada bulan Ramadan. Dalam pertempuran ini keberanian dan kehebatan Hamzah benar-benar terlihat oleh para kafir Quraisy. Ada rasa takut yang mereka rasakan, ketika mereka melihat Hamzah berperang layaknya Singa yang sedang kelaparan.

            Kebencian seorang kafir bernama Aswad bin Abdul Asad membuat dia nekat maju di hadapan Hamzah seraya berkata, “Saya bersumpah, sungguh saya akan minum dari telaga yang dikuasai Islam itu.” Setelah tiba dia di dekat telaga, seketika Hamzah menghunuskan pedangnya ke kepada Aswad.

            Melihat Aswad mati, Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah dan Walid bin Utbah memasuki medan pertempuran. Ketika itu Ali bin Abi Thalib untuk melawan Walid bin Utbah. Hamzah melawan Syaibah bin Rabiah dan Ubaidah bin Harits melawan Utbah bin Rabiah.

            Tanpa waktu lama, Hamzah dengan mudah membunuh lawannya. Begitu juga Ali dan Ubaidah yang juga berhasil membunuh lawannya.

            Hamzah bertempur seperti singa yang kelaparan. Dengan gagah dan lincah Pedangnya dihunuskan kepada tentara kafir. Banyak dari tokoh kafir serta tentaranya yang mati pada Perang Badar. Berita kekalahan itu terdengar oleh penduduk Makkah yang membuat mereka marah besar dan akan membalas dendam.

            Akibat kekalahan itu membuat orang kafir ini memiliki dendam terhadap Hamzah yang telah banyak membunuh bagian dari mereka. Abu Sufyan mulai mengerahkan pasukan lebih banyak dari perang Badar serta menyewa seorang budak bernama Wahsyi. Ia seorang budak yang pandai melempar tombak, ia ditugaskan untuk menyelinap dalam pertempuran untuk membunuh Hamzah. Sebagai gantinya mereka menjanjikannya sebuah kemerdekaan bagi dirinya.

 

Wafatnya Hamzah bin Abdul Muthalib Secara Syahid

Hamzah bin Abdul Muthalib

            Setahun berselang setelah terjadinya perang Badar, meletuslah perang Uhud yang bertepatan pada hari Sabtu 7 atau 15 Syawal tahun ke-3 Hijriah. Pada perang inilah Hamzah bin Abdul Muthalib, sang paman yang menjadi orang terdepan dalam membela Nabi Muhammad menghembuskan napas terakhirnya sebagai syahid.

            Perang Uhud bagian episode balas dendam kafir Qurasy. Perang ini dipimpin oleh Abu sufyan dari kalangan kaum kafr Quraisy dan Nabi Muhammad dari kalangan muslimin. Di tengah pertempuran kali ini dikabarkan oleh para kafir bahwa Rasulullah terbunuh. Kesedihan serta frustasi mulai mereka rasakan.

            Akhirnya banyak sahabat yang memilih mundur karena bersedih dan kehilangan semangatnya. Tetapi Hamzah terus maju seraya berkata, “Saya adalah singa Allah dalam medan pertempuran, saya singa Allah.” Sontak hal ini membuat para sahabat kembali menemukan semangatnya di tengah kesedihan mereka.

            Tanpa Hamzah sadari, dari kejauhan Wahsyi mulai mengawasi pergerakan Hamzah. Ia mempelajari setiap gerakannya dan mencari posisi yang tepat untuk membunuhnya. Setelah dirasa posisinya cukup maka Wahsyi pun melempar tombaknya ke tubuh Hamzah. Lemparannya mengenai tubuh Hamzah dan ia pun terjatuh. Hamzah sang pemberani gugur sebagai syahid.

            Berita terbunuhnya Hamzah tersiar di kalangan musuh. Istri Abu Sufyan yang kehilangan paman serta saudaranya dalam perang Badarpun bergegas mencari tubuh Hamzah, setelah ia menemukan tubuh hamzah, lantas ia memotong hidung serta kuping Hamzah, kemudian iapun membelah perut Hamzah dan mengambil jantungnya. Diapun mulai mengunyah jantung Sang Singa Allah. Rasa senang karena dendamnya terbalaskan.

            Ketika perang Uhud berakhir, Rasulullah berkeliling ke daerah pertempuran terkejutnya beliau melihat tubuh Hamzah yang terbunuh secara tragis. Air mata beliau mengalir karena wafatnya paman yang Beliau sangat cintai.

            Kemudian Rasulullah mendekati jasad Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah itu, Seraya berkata,

 

”Tak pernah aku menderita sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apa pun yang lebih menyakitkan diriku daripada suasana sekarang ini.”

 

            Rasulullah saw pun sangat berduka atas syahidnya paman beliau itu dan beliau saw kemudian menjadikan Hamzah bin Abdul Muthalib sebagai Sayidu Syuhada – Pemipin para Syuhada. Pada hari itu Madinah dipenuhi dengan kesedihan. Mereka kehilangan Sang Singa Allah yang pemberani.

            Ketika Sayyidina Hamzah wafat, turunlah ayat Al-Qur'an di mana Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

 

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

 

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah 'Azza wa Jalla mati, bahkan mereka hidup, di sisi Allah mereka diberi rezeki. (Surah Ali Imran:169)

 

            Ibnu Abbas RA berkata: "Ayat ini turun berkenaan dengan wafatnya Hamzah radhiyallahu 'anhu dan para Sahabat".

 

 

            Itulah tadi sebuah Artikel Mengenai Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib yang sangat mengagumkan. Semoga kita bisa memetik hikmah dan iktibar dari keteguhan Beliau membela Islam dan Rasulullah SAW. Serta mohon maaf jika ada kesalahan kata.

TERIMAH KASIH TELAH MEMBACA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa untuk memberikan komentar anda tentang Blog ini, agar Blog ini bisa dibuat lebih baik lagi, Terimah Kasih