Dalam biologi
molekuler, yang disebut “Central Dogma”, menyatakan bahwa informasi gen yang
tersimpan di dalam DNA dipindahkan ke RNA dan kemudian dipindahkan ke protein.
Proses transfer dari DNA ke RNA disebut proses transkripsi, sedangkan proses
transfer dari RNA ke protein disebut proses translasi. Kode-kode gen dalam
protein disebut gen struktural karena mereka bertanggung jawab untuk
mengekspresikan informasi gen ke dalam unit struktural pada manusia, seperti
warna mata, kulit dan rambut.
1.
Rekombinasi
Rekombinasi adalah suatu proses dimana suatu
progeny (keturunan) dikembangkan menjadi kombinasi
gen-gen yang berbeda dari gen-gen kedua orang tua nya, yang menghasilkan satu set DNA baru.
Gambar 1. Penyilangan molekul DNA untuk menghasilkan protein rekombinan
Teknologi DNA rekombinan adalah salah satu
cara mempelajari fungsi dan interaksi dari protein. Hal ini dilakukan
dengan mengisolasi urutan DNA target dan kemudian
memindahkannya ke vektor kloning yang memiliki kemampuan untuk
mereproduksi diri. Urutan DNA dari
vektor kloning berinteraksi dengan DNA target dan menghasilkan cetak biru informasi gen baru yang disebut DNA rekombinan. DNA rekombinan tersebut
ditransfer ke RNA, yang pada proses berikutnya menghasilkan protein rekombinan.
Rekombinan DNA merupakan bidang ilmu
pengetahuan yang hangat diperbincangkan yang
berhubungan dengan pembuatan
organisme–mulai dari bakteri
hingga kambing--memproduksi
protein yang biasanya tidak dihasilkan oleh suatu organisme. Penelitian di bidang ini telah menghasilkan berbagai
macam aplikasi dimana pada beberapa tahun yang lalu masih belum memungkinkan. Penderita
diabetes yang biasanya
bergantung pada insulin dari babi, dimana mirip dengan
manusia tetapi tidak persis sama, sekarang dapat memiliki insulin dari manusia
yang pada saat ini telah dapat diproduksi oleh bakteri. Penderita hemophilia
dapat menggunakan faktor pembekuan yang telah diproduksi dalam susu kambing.
Sementara ilmu pengetahuan yang kompleks, dapat diuraikan ke dalam konsep yang
lebih sederhana.
Gambar
2. Skema rekombinasi protein
Dalam rangka untuk
memahami bagaimana protein rekombinan dibuat, sebelumnya kita perlu memahami
bagaimana semua protein dibentuk. DNA berada didalam inti sel, DNA memegang
semua petunjuk yang diperlukan untuk membentuk suatu organisme. Seiring dengan
itu rangkaian helai panjang dari DNA adalah suatu instruksi untuk terbentuknya
berbagai protein.
DNA adalah dasar genetik untuk semua makhluk
hidup dan seluruh kehidupan pada dasarnya mempunyai struktur DNA yang sama.
Untai panjang dari DNA pada dasarnya terdiri dari jutaan unit berulang yang
disebut nukleotida. Setiap nukleotida memiliki tiga bagian: gula, gugus fosfat
dan basa nitrogen. Struktur akhir DNA adalah dua helai yang terhubung di bagian
tengah, mirip sebuah tangga atau tangga spiral. Masing-masing sisi terdiri dari
fosfat dan gula yang berulang-ulang terus dan penghubung diantaranya terdiri
dari dua basa nitrogen yang bergabung bersama-sama. Hanya ada empat basa
nitrogen dan mereka direpresentasikan dengan kode-kode TCAG. Sebuah DNA dari
organisme merupakan jutaan basa-basa panjang tetapi urutan dari Ts, Cs, As dan
Gs yang membuat kita mempunyai perbedaan satu dengan yang lainnya.
DNA yang kita miliki menentukan dengan tepat
bagaimana kita akan terlihat dan bagaimana setiap sifat yang kita miliki,
tetapi semua DNA hanya merupakan kode-kode sederhana untuk protein-protein yang
berbeda. Sebenarnya protein tersebut yang membuat kita menjadi bentuk seperti
sekarang ini. Protein merupakan rangkaian rantai panjang dari asam amino sama
seperti DNA yang juga merupakan rantai panjang dari nukleotida. Terdapat 20
asam amino pada keberadaan protein dan setiap organisme menggunakan 20 asam
amino tersebut dalam kombinasi yang berbeda-beda untuk membentuk setiap protein
.
Urutan asam amino ini sangat penting karena
urutan tersebut memberikan bentuk akhir dari protein. Bentuk dari protein
sangat penting, hal tersebut memberikan karakteristik dari protein. Inilah
sebabnya mengapa protein rekombinan sangat penting. Menggunakan insulin babi,
yang memiliki struktur sedikit berbeda dengan insulin manusia, selalu berisiko
karena beberapa orang akan menolaknya. Namun, insulin rekombinan mempunyai
urutan asam amino yang persis sama seperti insulin manusia, kecuali yang
dihasilkan oleh bakteri.
Hanya karena bakteri memiliki kode genetik
didalamnya tidak berarti bahwa bakteri akan segera memulai membuat suatu
protein rekombinan. Para ilmuwan harus merekayasa bagian promotor untuk
melampirkan kode yang diinginkan sebelumnya dan kemudian mereka dapat
mengaktifkannya. Setelah semua ini ditambahkan ke dalam bakteri atau organisme
lain, sel-sel mulai membuat protein baru, karena urutan dari asam amino yang
sama maka produk protein akan 100% identik dengan sumbernya dank arena itu
lebih aman untuk digunakan.
Sistem host tersedia dalam beberapa bentuk
termasuk fag, bakteri, ragi, tumbuhan, jamur berserabut, serangga atau sel
mamalia yang tumbuh dalam kultur dan hewan transgenik. Pilihan terakhir dari
host akan bergantung pada persyaratan yang spesifik dan aplikasi untuk protein rekombinan.
Pemilihan host tidak hanya mempengaruhi amplifikasi dan isolasi dari protein,
tetapi juga cara dimana produk kemudian dapat dimurnikan. Dalam rangka untuk
memutuskan host mana yang paling cocok dalam jumlah dan tingkat kemurnian
produk serta integritas biologis dan potensi toksisitas sebaiknya
dipertimbangkan. Sebagai contoh, system ekspresi bakteri tidak cocok jika
modifikasi pasca-translasi diperlukan untuk menghasilkan produk rekombinan yang
dapat berfungsi penuh.
Lokasi produk dalam host akan mempengaruhi
pilihan metode untuk isolasi dan pemurnian dari produk. Sebagai contoh, sebuah
host bakteri dapat mensekresikan protein ke dalam media pertumbuhan,
mentransportnya ke dalam ruang periplasmik atau menyimpannya sebagai badan
inklusi yang tidak dapat larut dalam sitoplasma.
Dalam rangka untuk mengkloning gen yang
diinginkan semua vector yang telah direkayasa memiliki pilihan situs hilir
restriksi unik dari urutan promotor transkripsi. Pilihan keluarga vector diatur
oleh host/inang nya. Setelah host telah dipilih, berbagai macam vector yang
berbeda dapat dipertimbangkan, dari ekspresi vector yang sederhana hingga
vector yang mengeluarkan/mensekresikan protein fusi.
Namun, seperti untuk pemilihan dari system
host yang sesuai, pilihan terakhir dari vector harus mempertimbangkan
persyaratan khusus dari aplikasi dan tentu saja akan dipengaruhi oleh perilaku
dari protein target. Salah satu faktor kunci yang telah menyebabkan
meningkatnya penggunaan vector protein fusi adalah amplifikasi dari protein
fusi yang berisi tag dengan ukuran yang telah diketahui dan fungsi biologis
sangat mudah untuk menyederhanakan isolasi, pemurnian dan selanjutnya deteksi.
Dalam beberapa kasus hasil protein juga dapat ditingkatkan.
Pemeliharaan dan protokol kloning sangat
spesifik untuk setiap vector dan petunjuk yang diberikan oleh pemasok harus
diikuti dengan hati-hati.
Dua tag yang paling sering digunakan adalah
glutathione S-transferase (GST tag) dan 6 x residu histidine (His)6 tag. Adapun
pemilihan dari host dan vector, keputusan untuk menggunakan baik GST atau
(His)6 tag harus dibuat sesuai dengan kebutuhan aplikasi spesifik
Amplifikasi sering dapat dikendalikan
sehingga protein rekombinan terakumulasi dalam ruang intraseluler atau
disekresikan ke dalam ruang periplasmik. Sedangkan sekresi menguntungkan dari
segi protein folding, kelarutan dan oksidasi sistein, hasilnya umumnya jauh
lebih tinggi bila menggunakan ekspresi intraseluler.
Proses rekombinan protein digunakan untuk
berbagai tujuan penelitian secara komersial, medis dan ilmiah. Dapat juga
digunakan pada peternakan secara komersial untuk melawan penyakit pada ternak
serta tanaman.
Rekombinan protein mempunyai peran besar
dalam penciptaan bahan terapeutik yang dapat memodifikasi dan memperbaiki
kesalahan genetik, menghancurkan sel-sel kanker, mengobati gangguan system
kekebalan tubuh, dan masih banyak fungsi-fungsi lainnya. Sebagai contoh,
Erythropoietin, sebuah protein hormone yang diproduksi dengan teknologi
rekombinan dapat digunakan dalam merawat pasien dengan kekurangan/defisiensi
eritrosit, yang merupakan penyebab umum dari komplikasi ginjal.
Ada bidang medis yang disebut farmakologi
rekombinan, dimana rekombinan protein digunakan untuk memproduksi pengobatan
DNA yang diturunkan seperti interleukins; yang mengatur sel T, hormon
pertumbuhan; digunakan untuk merangsang pertumbuhan, eritropoietin; yang
merangsang produksi sel darah merah dalam sumsum tulang, dan insulin; digunakan
untuk mengobati diabetes tipe 1. Protein rekombinan juga dapat digunakan di
laboratorium sains untuk penelitian stem cell dan penelitian kloning.
Di masa depan bioteknologi dapat menimbulkan
peningkatan perkembangan dari organ manusia di laboratorium dan produksi dari
tanaman yang dapat menghasilkan pestisida sendiri. Meskipun masih banyak
perdebatan etis dan pertanyaan, teknologi rekombinan memiliki potensi untuk
merevolusi produksi pangan, perawatan kesehatan dan proses penuaan.
Protein Rekombinan di mulai dari pertama
kali saat Insulin diproduksi oleh E. coli oleh Herbert Boyer di San Fransisco
Amerika dibawah perusahaan Genentech Inc 1978. Peristiwa ini begitu mengagetkan
dunia karena dengan keberhasilan produksi protein rekombinan tersebut merubah sebagian
besar peta industri di dunia.
Bayangkan sebelum dapat diproduksi oleh E.
coli insulin didapatkan dengan cara membantai sekian ribu sapi dan babi, proses
penjagalannya pun harus khusus demi menjamin kualitas insulin yang akan
disolasi dari hewan ternak tersebut. Dengan keberhasilannya diproduksi pada E.
coli maka ini akan mengurangi biaya produksi Insulin menjadi jauh dibawah
prediksi sebelumnya.
Escherichia coli adalah mikroorganisme yang
paling terkait dengan berbagai bidang bioteknologi karena bakteri inilah
organisme pertama yang dipelajari secara lengkap baik dari sisi metabolismenya,
fisiologinya, regulasi genetikanya bahkan sampai sequence genomnya. Bukan hanya
karena kemudahannya untuk di manipulasi akibat lengkapnya informasi tentang
E.Coli melainkan juga karena kemudahannya untuk di kulturkan dan cepatnya
proses pertumbuhannya berlangsung dibandingkan dengan berbagai macam organisme
yang lain. Oleh karena itu E. Coli mendapatkan kehormatan menjadi organisme
model yang cukup penting dalam dunia protein rekombinan.
1.
Insulin
Penggunaan insulin untuk pasien diabetes
dalam memproduksi insulin sangatlah banyak sehingga untuk mendapatkannya
dibutuhkan inulin dari pankreas sapi atau babi yang cukup banyak pula. Tetapi
dengan teknologi DNA rekombinan telah memungkinkan para ilmuwan untuk
mengembangkan insulin manusia sintetis.
2. Mutasi
Menggantikan gen yang rusak dengan gen yang
sehat dilakukan dengan cara kloning untuk memperbanyak salinan. Gen rusak oleh
pasien disisipkan gen sehat untuk
memulai fungsi gen yang baru sehingga pasien dapat normal
4. Kanker
Kanker adalah penyakit yang berbahaya dapat menyebabkan kematian pada penderitanya, meskipun telah dilakukan kemoterapi tidak menutup kemungkinan untuk pasien menderita kanker tersebut kembali. Dewasa ini, Para ilmuwan mencoba menganalisis dan mencari solusi pengobatan dengan menggunakan teknologi DNA rekombinan untuk mencegah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol.
5. Vaksin
1. Penggunaan DNA rekombinan dalam
produk makanan mengkhawatirkan Efek jangka panjang pada kesehatan manusia masih
belum diketahui dan dipastikan keamanannya, DNA rekombinan dapat membahayakan
karena memasukkan gen asing ke dalam genom. hal ini dapat menimbulkan efek
berbahaya dan fatal, termasuk kanker.
2. Gangguan kesehatan bagi
manusia, adalah Alergi. Beberapa produk makanan yang berasal dari hasil DNA
rekombinan menimbulkan dampak alergi terhadap manusia. Entoduksi gen tertentu
seperti gen kacang-kacangan ke dalam tanaman kedelai dapat menimbulkan reaksi
allergi yang berpengaruh terhadap ketahanan tubuh.
3. Pengaruh lain yang belum
diketahui. Pengaruh hasil DNA rekombinan terhadap kesehatan masih terus
diteliti, akan tetapi berdasarkan penomena yang telah terjadi seperti kasus
cross polinasi dan kasus alergisitas, para ahli berpendapat kemungkinan reaksi
buruk yang lain dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, The Recombinant Protein Handbook,
Protein Amplification, and Simple Purification, Edition AA, Amersham Pharmacia
Biotech, page 6-8; 57
Kayser, O., dan Muller, R.H. (2004).
Pharmaceutical Biotechnology; Drug Discovery and Clinical Applications.
Willey-VCH: German.
Punjabi. (2008). Bioteknologi Kesehatan.
Kanisius: Yogyakarta. 151-178.